“Secara teori dari jumlah ibu hamil, 20% mengalami masalah kesehatan. Sementara calon pengantin putri 70% itu anemia (kekurangan sel darah merah), itu yang menyebabkan stunting. Kemudian, bayi kurang dari 2 tahun diukur apakah perkembangannya sesuai,” papar dia.
Widwiono optimistis dengan dukungan Pemprov Jateng stunting bisa turun hingga 14% pada 2023.
Sebagai bukti adalah penurunan kasus stunting di Grobogan.
BACA JUGA: 8.000 Lebih Balita di Kebumen Stunting Pada 2021
Dengan penanganan intensif yang melibatkan banyak pihak, kini angka stunting di Grobogan hanya 9% dari sebelumnya 29%.
Hal itu tak lepas dari program jambanisasi, sehingga masyarakat terbebas dari penyakit.
BACA JUGA: Perkawinan Dini Picu Lahirkan Anak Stunting, Kata Wabup Blora
Meski demikian, pada beberapa wilayah di Jateng masih memerlukan intervensi khusus, seperti Wonosobo dan Brebes.
“Target per tahun 3,5%. Pada 2022 angka stunting 20,9%. Kalau kami target turun 3% per tahun, berarti akhir 2022 itu 17,4%. Di akhir 2023 itu 14%. Target pemerintah pusat itu 14% di 2024. Jadi Jateng 14 persen 2023 maju setahun,” ungkap Widwiono.
BACA JUGA: 5 Cara Mencegah Terjadinya Stunting pada Anak
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, memerintahkan TPPS segera tancap gas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News