
"Apalagi tahun 2022 ada fenomena La Nina, sehingga sering terjadi hujan. Padahal, ubur-ubur kalau ada hujan akan menghilang atau tidak muncul," papar dia.
Pihaknya memperkirakan produksi ubur-ubur pada tahun 2023 tidak sebanyak tahun 2019 karena sempat terjadi hujan.
Sementara itu, salah seorang nelayan asal Cilacap Darkim membeberkan ubur-ubur mulai bermunculan sejak awal September, meski sekarang sudah berkurang.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Hotel di Cilacap, Promo Murah Mulai Rp 200.000
Darkim mengaku masih bisa mendapatkan 1-2 ton ubur-ubur dalam sekali melaut.
"Biasanya, saya bisa dua kali berangkat melaut dalam sehari, hanya untuk menangkap ubur-ubur," tutur dia.
BACA JUGA: 2 Nelayan Pencari Kerang di Semarang Tenggelam, 1 Orang Meninggal Dunia
Salah seorang pengepul Dirman mengaku sekarang ini hanya bisa mengumpulkan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan kisaran 20-30 ton.
"Dulu bisa mencapai 50 ton. Ubur-ubur itu saya beli dari nelayan sebesar Rp900/kg, kemudian dijual ke gudang (penampungan) dengan harga Rp1.100/kg sudah termasuk upah tenaga kerja dan transportasi," jelas dia.(ant)
BACA JUGA: Astaga! Nelayan Hilang di Pantai Jetis Cilacap, Ini Penyebabnya
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News