Begini Tradisi Sadranan di Keraton Kartasura Jelang Ramadan

Begini Tradisi Sadranan di Keraton Kartasura Jelang Ramadan - GenPI.co JATENG
Sadranan di Keraton Kartasura. (Foto: Desty Luthfiani/GenPI.co)

GenPI.co Jateng - Jelang Ramadan di Jawa banyak tradisi kebudayaan digelar seperti sadranan, ruwahan, dan padusan.

Salah satunya adalah sadranan di Keraton Kartasura yang digelar pada Sabtu (26/3).

Pemrakarsa Sadranan Keraton Kartasura, Djoeyatmo, mengatakan sadranan atau nyadran merupakan tradisi yang sarat akan unsur kebudayaan maupun keagamaan.

BACA JUGA:  Distributor Minyak Goreng di Solo Nakal? Disdag Siap Lapor KPPU

Pada sadranan di Keraton Kartasura kali ini diisi dengan bersih makam, tumpengan, dan pergelaran wayang kulit.

“Namun, paling tidak, dengan adanya ini adalah budaya masyarakat Jawa dan tradisi ini adalah sudah turun temurun sejak zaman dahulu. Setiap Ruwah untuk mengingatkan roh. Ruwah itu kan artinya roh dari leluhurnya untuk diangkat ke atas, intinya didoakan karena menurut tradisi Jawa memuliakan leluhurnya itu ada timbal baliknya ke anak turunnya,” kata dia, kepada GenPI.co, Sabtu.

BACA JUGA:  Ini Lho Kori Kamandungan, Pintu Masuk Utama ke Keraton Surakarta

Selain itu, lelaki yang akrab disapa Om Jo ini juga menjelaskan tradisi sadranan juga bisa diartikan untuk mempersiapkan jiwa sebelum memasuki Ramadan.

“Sebenarnya sadranan ini adalah kegiatan adat yang dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat Jawa ketika menghadapi Ramadan. Resik-resik (bersih-bersih) lah, nah resik-resik itu dalam arti membersihkan makam leluhur untuk mengingat leluhur,” papar dia.

BACA JUGA:  Diserang Rayap, Masjid Agung Keraton Surakarta Segera Direnovasi

Menurut dia, Keraton Kartasura sebagai tempat sadranan merupakan cagar budaya sejarah yang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya