GenPI.co Jateng - Praktik kekerasan dalam pembinaan fisik oleh senior kepada junior masih terjadi di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.
Hal ini kerap terjadi meski di luar lingkungan kampus tersebut.
Fakta ini diungkapkan Taruna PIP Semarang, Fathul Muin, saat dimintai keterangan dalam sidang kasus tewasnya taruna Zidan Muhammad Faza setelah dianiaya lima seniornya di Pengadilan Negeri Semarang, Rabu (16/3).
"Tidak hanya sekali. Tidak pernah dilaporkan ke PIP," kata dia.
Menurut dia, ini merupakan tradisi pembinaan fisik dari senior terhadap junior.
Meskipun demikian, Fathul menjelaskan tindakan ini bukan merupakan balas dendam dari senior kepada junior.
Kesaksian serupa juga disampaikan taruna Alfarez Arif Budiman.
Alfarez mengaku pemukulan senior terhadap junior tidak dilakukan dalam kondisi emosi.
Sebenarnya, sekolah telah berupaya mengantisipasi tindak kekerasan di luar lingkungan kampus.
Misalnya, sekolah melakukan sidak secara berkala ke mes atau asrama para siswa.
Di sisi lain, para saksi ini mengakui kelima terpidana dalam perkara ini melakukan pemukulan terhadap korban yang berujung pada kematian Zidan Muhammad Faza.
Kelima pelaku sempat membawa korban ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan meski akhirnya meninggal dunia.
Seperti diberitakan, 5 taruna PIP Semarang didakwa menganiaya taruna junior Zidan Muhammad Faza hingga tewas.
Kelima terdakwa, masing-masing Caecar Richardo Bintang Samudra Tampubolon, Aris Riyanto, Andre Arsprilla Arief, Albert Jonathan Ompusungu, dan Budi Dharmawan.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News