GenPI.co Jateng - Kementerian Kesehatan mencatat angka stunting di Semarang sebanyak 21,3%. Data ini berbeda jauh dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, yakni 3,1% dari total 44.058 anak di Kota Semarang mengalami stunting.
Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mencatat persentase itu ada sebanyak 1.367 anak.
"Data masih jadi persoalan rumit. Kalau 1.367 dari usia balita itu 3,21%. Kemenkes kok 21%," Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, dikutip semarangkota.go.id, Rabu (2/3).
Meskipun begitu, Wali Kota Semarang terus berupaya untuk mengatasi angka stunting ini.
Salah satunya adalah melakukan sosialisasi terkait gizi untuk anak.
Selain itu, pemerintah juga memberikan makanan bergizi sehari 3 kali selama 3 bulan.
"Kami membagikan makanan gizi sehari 3 kali selama 3 bulan dan pemberian susu termasuk vitamin lewat program Dinkes. Kalau angkanya hari ini sangat menakutkan, tapi saya yakin tahun depan sudah bisa turun sangat drastis," papar dia.
Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyebut angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4%.
Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%.
Di sisi lain, Hasto menyebut Jawa Tengah menjadi provinsi yang daerahnya tidak ada warna merah dalam indikator jumlah stunting.
Hasto menjelaskan berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, masih ada 19 daerah di Jawa Tengah yang masuk kategori kuning atau prevalensi 20 sampai 30%.
“15 kabupaten/kota lainnya berkategori hijau dengan prevalensi di kisaran 10 hingga 20%. Di Jateng juga ada satu daerah yang masuk kategori biru karena ada di 9,6%, yaitu Kabupaten Grobogan,” jelas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News