Inflasi Jawa Tengah Terendah Ketiga se-Indonesia, Ini Penyebabnya

17 September 2022 04:00

GenPI.co Jateng - Inflasi Jawa Tengah pada year to date (ytd) Januari-Agustus 2022 terendah ketiga se-Indonesia.

Inflasi di Jateng pada tahun kalender tersebut adalah 3,87% atau terendah ketiga setelah DKI Jakarta dan Banten.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra memastikan inflasi di Jateng masih terkendali.

BACA JUGA:  Harga Bawang Merah, Cabai, dan Beras di Solo Masih Tinggi, Ternyata Ini Penyebabnya

Rahmat menyebut ada beberapa metode penghitungan inflasi. Pertama, melalui metode year to date atau tahun kalender dan year on year atau tahun ke tahun.

Dia menjelaskan, secara yoy inflasi di Jateng mencapai 5,03% (Agustus 2021-Agustus 2022).

BACA JUGA:  Kunjungi Pasar Gede Solo, Zulhas: Telur Harganya Rp 27.000/Kg, Sudah Bagus!

Sementara dalam metode hitungan tahun kalender inflasi Jateng 3,87%.

“Kalau dihitung dari Januari sampai Agustus 2022 (inflasi) relatif kecil, yakni 3,87%. Artinya masih dalam sasaran inflasi nasional, dalam sasaran inflasi nasional itu 3% plus -1%. Artinya realisasi itu masih dalam range” kata dia, dikutip jatengprov.go.id, Jumat (16/9).

BACA JUGA:  Harga BBM Naik, Ekonom: Inflasi dan Angka Kemiskinan Terancam

Rahmat menyebut inflasi itu didorong karena naiknya sejumlah komoditas hortikultura, seperti cabai, bawang merah, dan cabai hijau.

Kenaikan barang pokok tersebut disebabkan kondisi cuaca yang memengaruhi pola tanam.

Akan tetapi, seiring panen hortikultura pada Agustus 2022 Jateng justru mengalami deflasi atau penurunan harga.

Saat itu deflasi di Jateng cukup besar, yakni -0,39% atau di atas deflasi nasional yang hanya -0,21%.

Di sisi lain, Rahmat mengakui kenaikan harga BBM berpeluang mengerek inflasi.

Namun demikian, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jateng guna menekan potensi inflasi.

Dalam hal ini, Bank Indonesia telah menyampaikannya kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Pertama, penggunaan anggaran belanja tidak terduga untuk subsidi harga transportasi.

Kedua, mempercepat pembahasan dan penyaluran alokasi 2% dari Dana Alokasi Umum (DAU).

Ketiga, ada mekanisme operasi pasar yang dilakukan oleh BUMD pangan, subsidi tarif angkutan umum. Terakhir penyaluran bansos nontunai.

“Insyaallah dilihat dari inflasi ytd yang cuma 3,87% , mudah-mudahan mentok batas atas 4%. Agustus juga terjadi deflasi, mudah-mudahan masih rendah untuk inflasinya,” jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG