GenPI.co Jateng - Autisme adalah kelainan pada perkembangan saraf anak yang menyebabkan tertinggalnya tumbuh kembang serta interaksi sosial pada anak.
Kelainan pada anak autis sering kali dapat dideteksi sejak dini dalam perilakunya.
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan autisme pada anak, namun hanya dalam cara penanganannnya.
Keterbatasan ini sering kali membuat orang dewasa atau orang normal sulit menjalin komunikasi dengan anak penderita autisme.
“Anak pengidap autisme atau anak berkebutuhan khusus hanya membutuhkan perhatian lebih ekstra dalam penanganannya,” kata salah satu pemerhati anak berkebutuhan khusus atau autisme sekaligus guru SDLB, Defania Arkaromah, kepada GenPI.co, Rabu (13/7).
Berikut cara berkomunikasi dengan anak autis.
1. Menyebutkan namanya ketika melakukan komunikasi
Hal ini dilakukan agar anak merasa lebih nyaman dengan apa yang ingin orang dewasa sampaikan sehingga terjadi timbal balik dalam komunikasi.
2. Menghindari banyak suara kebisingan dan sentuhan
Hal ini sering kali membuat anak tidak nyaman.
3. Ajak bersosialisasi
Sebagai orang normal alangkah baiknya jika, kita yang lebih agresif untuk membuat stimulan pada anak penderita autis untuk mengajak bersosialisasi terlebih dahulu.
4. Sabar menunggu jawaban
Ini yang sering terjadi, anak penderita autis sering kali mempunyai kemampuan merespon lambat daripada anak normal.
Baik dalam obrolan maupun interaksi, sebagai orang dewasa kesabaran ekstra diperlukan dalam menanganinya.
"Tahapan untuk mengajar, yakni membuat kelas dan suasananya menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Buatlah anak melakukan aktivitas/rutinitas terus menerus berulang-ulang sampai mereka bisa melakukannya sendiri," papar dia.
Dalam pembelajaran Defa juga menyarankan untuk tidak menggunakan kalimat panjang dan berbelit-belit.
Anak penderita autisme juga kadang sering mengalami tantrum dengan intensitas yang lebih sering dibandingkan anak normal.
Menurut dia, kuncinya sebagai pengajar maupun orang dewasa harus sabar.
“Lebih peka dengan apa yang dia rasakan. Kenali dulu penyebannya, lalu biarkan anak meluapkan emosinya terlebih dahulu sampai mereka merasa tenang dan capek," jelas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News