7 Penyebab Anak Suka Tantrum, Cemas hingga Trauma

15 April 2022 00:00

GenPI.co Jateng - Sedikitnya ada 7 penyebab anak suka tantrum yang membuat mereka sulit dikendalikan dan, tak jarang, meledak-ledak.

Caroline Miller di childmind.org menjelaskan anak yang tantrum kesulitan menjelaskan apa yang mereka rasakan atau yang mengganggu mereka.

“Tantrum dan ledakan emosi biasanya merupakan tanda-tanda anak berjuang dengan perasaan mereka, yang tak dapat mereka kuasai,” lanjutnya.

BACA JUGA:  Indahnya Toleransi di Solo, Masjid dan Gereja Ini Bersebelahan

Berikut ini sedikitnya 7 penyebab anak-anak tantrum dan mengalami ledakan emosi dikutip dari childmind.org.

Cemas

BACA JUGA:  Mahasiswa Soloraya Tolak Jabatan Presiden 3 Periode

Anak yang merasa cemas dapat tantrum dan mengamuk apabila berada dalam situasi yang dapat memicu kecemasan mereka.

Tantrum dan amukan ini merupakan cara mereka untuk keluar dari situasi itu.

BACA JUGA:  Pengelola Wisata Kudus Berharap Libur Lebaran Dilonggarkan

ADHD

Anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka bisa mengabaikan perintah, membangkang, tantrum, atau mengamuk.

Anak dengan ADHD lebih impulsif dibandingkan anak lain serta dapat kewalahan dengan emosinya atau perasaan lain yang kuat. Mereka dapat melempar barang atau berteriak.

Gangguan belajar

Anak yang mengalami gangguan belajar dapat merasa frustasi dan mudah kehilangan kesabaran.

Masalah Pemrosesan Sensorik

Anak dengan masalah pemrosesan informasi sensorik dapat memiliki perilaku yang ekstrim dan membingungkan saat inderanya kewalahan.

Mereka dapat menjerit apabila wajahnya basah atau mengalami meltdown ketika situasi terlalu terang, ramai, dan sesak.

Depresi

Beberapa anak yang sering tantrum bisa memiliki disruptive mood dysregulation disorder (DMDD).

Anak yang mengalaminya punya kecenderungan melihat sesuatu secara negatif dan mudah meledak pada isu yang sebenarnya kecil menurut orang lain.

Autisme

Anak dengan spektrum autis sering rentan mengalami meltdown. Anak autis bergantung pada situasi yang konsisten untuk kenyamanan emosi.

Perubahan tidak terduga dapat memicu mereka. Di sisi lain, anak autis memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan apa yang diinginkan atau dibutuhkan.

Trauma

Anak yang mengalami trauma atau kekerasan sering kesulitan mengelola emosi yang kuat. Mereka juga punya kecenderungan untuk mengintepretasikan orang lain jahat kepada mereka, sehingga dapat mudah tersinggung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahyadi Kurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG