GenPI.co Jateng - Senyum tidak simetris menjadi salah satu gejala stroke. Periksakan segera apabila seseorang mengalaminya.
Stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia saban tahun.
Meski bisa dicegah, data menunjukkan satu dari empat orang meninggal dunia akibat stroke.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi stroke Indonesia mencapai 10,9 per 1.000 penduduk.
Jumlah tertinggi ada di Kalimantan Timur dengan jumlah 14,7 per 1.000 penduduk.
Sementara itu, data BPJS Kesehatan 2016 menunjukkan biaya penanganan kesehatan untuk stroke mencapai Rp1,43 triliun.
Jumlah ini naik hampir dua kali lipat pada 2018 mencapai Rp2,56 triliun.
“Penyakit kardioserebrovaskuler bisa sepert stroke bisa dicegah dengan mengubah perilaku berisiko seperti penggunaan tembakau,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Cut Putri Arianie, dikutip Sehatnegeriku.kemkes.go.id.
“Diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik hingga konsumsi alkohol,” sambung dia.
Untuk mencegah stroke bisa dilakukan dengan deteksi dini. Berikut gejala umum penderita stroke, meliputi: senyum tidak simetris atau moncong ke satu sisi.
Lalu, mudah tersedak dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
Gerak separuh anggota tubuh tiba-tiba melemah, biasanya tubuh bagian kanan.
Kemudian, tiba-tiba tidak dapat berbicara, kata-katanya tidak dimengerti, dan bicara tidak nyambung.
Mengalami kebas atau baal dan kesemutan separuh badan.
Berikutnya, rabun, pandangan satu mata kabur terjadi tiba-tiba.
Penderita juga mengaami sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Gangguan fungsi keseimbangan seperti terasa berputar dan gerakan sulit dikoordinasi.
“Bila gejala tersebut muncul penderita harus segera dibawa ke rumah sakit. Jangan sampai melebihi periode emas 4,5 jam pasca terserang stroke,” ujar Cut Putri.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News