GenPI.co Jateng - Belakangan ini beredar mitos operasi caesar persulit pasangan suami istri memiliki banyak anak.
Hal ini viral seusai mertua Aurel Hermansyah menjadi sorotan publik setelah mewejang menantunya itu agar tak operasi caesar pada persalinannya.
“Jangan sampai operasi. Jangan sampai caesar. Kalau caesar, Atta enggak bisa punya anak banyak,” kata ayah Atta Halilintar, Halilintar Anofial Asmid.
Menanggapi hal itu, dosen Kebidanan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rizka Adela Farsena, angkat bicara.
Menurut dia, keputusan memiliki momongan dan memilih metode caesar atau normal ada di tangan seorang ibu dan pasangannya.
Apabila Atta dan Aurel ingin memiliki anak sebanyak orang tua Atta, keputusan memilih operasi caesar bukan opsi yang tepat.
“Walaupun tidak ada batasan khusus berapa kali seorang wanita boleh menjalani operasi caesar,” kata dia, dikutip Uns.ac.id, Selasa (22/2).
Hal ini berangkat dari pertimbangan makin banyak operasi caesar, meningkatkan risiko bagi ibu dan bayi.
Risiko ini misalnya pendarahan hebat pada ibu bahkan risiko kematian dan bayi prematur.
“Biasanya risiko meningkat ketika caesar ketiga, dan seterusnya. Namun, tetap tergantung pada kondisi ibu dan keputusan dokter atau bidan yang menangani,” ujar dia.
Menurut dia, mitos mengenai persalinan sangat banyak. Salah satunya, operasi caesar membuat ibu tidak bisa melahirkan secara normal.
“Nah, ini yang tidak tepat. Sebab, kembali lagi ke kondisi si ibu,” terang dia.
Dalam menentukan metode persalinan ada empat faktor yang berpengaruh, yakni power, passage, passenger, dan psikologi.
Power mewakili kemampuan ibu untuk mengejan atau kontraksi rahim. Lalu Passage adalah kondisi jalan lahir seperti ukuran panggul, mulut rahim.
Passenger yakni kondisi bayi, ukuran, plasenta. Lalu psikologi kecemasan dan kesiapan menghadapi persalinan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News