Hati-Hati, Toxic Positivity Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan Mental

19 Januari 2022 23:00

GenPI.co Jateng - Anda perlu berhati-hati terhadap jebakan pahit dari berpikir positif atau toxic positivity.

Terus berpikir positif ini membuat Anda tidak mempersiapkan skenario terburuk.

“Di awal perjalanan, kita perlu berlatih berpikir positif daripada kita berpikir negatif. Tetapi, kita cenderung seolah-olah selalu memberi gula (terhadap berpikir positif) dan itu malah berbahaya karena kita tidak mempersiapkan worst case-nya, kita optimistis bisa,” kata Praktisi mindfulness dan emotional healer Adjie Santosoputro, Rabu (19/1).

BACA JUGA:  5 Tips Aman Konsumsi Air Minum dalam Kemasan, Cek Kedaluwarsa

Menurut dia, pada dasarnya Anda hanya perlu melatih untuk menyadari pikiran, bukan malah mengendalikan pikiran, baik itu pikiran positif maupun pikiran negatif.

Dikotomi antara pikiran positif dan negatif hanyalah permainan pada ranah think atau thought yang bersifat sekejap dan akan segera berlalu.

BACA JUGA:  4 Tips Memilih Hand Sanitizer Berpelembab Agar Kulit Tak Kering

Berpikir (think) dan kesadaran (awareness) adalah sesuatu yang berbeda.

Selama masih terjebak dalam thinking, maka Anda akan terus berdebat antara pikiran positif dan negatif, atau optimis-pesimis.

BACA JUGA:  5 Tips Mengatasi Maskne, Jerawat yang Muncul Akibat Pakai Masker

Selain itu, perasaan sedih yang dialami orang lain dapat memicu ketidaknyamanan pada diri sendiri.

Maka, seseorang cenderung untuk mengajak dan menarik orang lain agar menjauhi perasaan sedih hingga tidak menyadari dia dapat terjebak dengan pikiran positif yang beracun (toxic positivity).

Cara agar mengurangi kemungkinan menjadi pelaku toxic positivity harus dimulai dari diri sendiri.

Anda perlu berlatih menerima rasa sedih dengan cara berlatih be mindful to our sadness, jadi embrace the sadness.

Perasaan sedih tidak seharusnya dibenci dan dihindari, baik itu rasa sedih yang dialami oleh diri sendiri maupun orang lain.

“Sedih itu tidak sepenuhnya buruk. Dalam obrolan kesehatan mental, rasa sedih, kecewa, dan marah, itu ada kalanya perlu diberi ruang di dalam diri kita agar dia bisa dicerna oleh diri kita,” jelas dia.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG