GenPI.co Jateng - Liburan ternyata bisa menurunkan tingkat stres, risiko penyakit jantung, pandangan hidup lebih baik, dan lebih banyak motivasi untuk mencapai tujuan.
Survei asosiasi global untuk manajemen sumber daya manusia SHRM menunjukkan sekitar 90% profesional sumber daya manusia mengakui liburan berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan karyawan.
Ini seperti performa, moral, wellness, budaya positif, produktivitas, daya ingat, dan kreativitas.
"Namun usai liburan juga ada sejumlah penyakit dan ketidaknyamanan yang menghampiri sehingga kita tidak bersemangat untuk kembali bekerja," kata VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology Indonesia, dr Ega Bonar Bastari, Sabtu (13/5).
Menurut dia, setelah masa liburan rampung, tidak jarang menghadapi kelelahan, kenaikan berat badan, masalah kulit, serta penyakit-penyakit lain.
Kelelahan setelah libur panjang biasanya disebabkan kurang tidur atau pola tidur yang berubah.
Berikut sejumlah penyakit yang datang setelah liburan.
Leisure sickness adalah kondisi atau gejala sakit yang akan muncul saat akhir pekan atau saat liburan tiba.
Kondisi ini umum terjadi pada pria (3,6%) dibandingkan pada wanita (2,7%).
Gejala ini dimulai pada 1—2 hari setelah liburan.
Gangguan pencernaan ini karena perubahan pola makan dan tidak memperhatikan kebersihan makanan di tempat liburan.
Migrain disebabkan oleh terlalu lama terpapar sinar matahari, melewatkan jam makan, tidak minum cukup cairan, dan pola tidur berantakan.
Pilek karena AC di pesawat dan hotel dapat mengekstraksi kelembapan dari udara dan menyebabkan lapisan lendir di dalam hidung mengering.
Udara yang lebih dingin dapat membantu virus berkembang biak.
Dokter Ega menyebut cara untuk mengatasi ini adalah membiarkan satu atau dua hari untuk menyesuaikan antara kembali dari liburan dan mulai kembali bekerja.
"Selain itu, lakukan aktivitas fisik secara teratur dan berlatih teknik relaksasi, seperti meditasi,” jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News