GenPI.co Jateng - Integrasi seni kriya logam Tumang ke dunia pendidikan menjadi salah satu solusi regenerasi pengrajin dalam rangka melestarikan warisan budaya.
Hal ini bisa dilakukan dengan menjadi seni kriya logam Tumang sebagai ekstrakurikuler.
Alternatif lain, materi ini bisa dimasukkan ke dalam muatan lokal bahasa Jawa.
BACA JUGA: Pembayaran Bus BST Solo Makin Mudah dengan Layanan Ini
Hal ini disampaikan salah satu peneliti dari Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti, saat audiensi dengan Bupati Boyolali, M. Said Hidayat di Boyolali, Kamis (30/12).
“Regenerasi dalam bentuk pengajaran bagian dari kurikulum resmi, dalam artian diajarkan secara terstruktur di sekolah,” kata dia, seperti dikutip Boyolali.go.id, Kamis.
BACA JUGA: Selamat! 2.128 Keluarga di Sragen Lulus PKH, Kuncinya Motivasi
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Bondan Kanumoyoso, menambahkan regenerasi ini penting untuk mengangkat kembali salah satu kearifan lokal Boyolali yang luar biasa.
Menanggapi hal itu, M. Said Hidayat, menyebutkan mendukung pelestarian seni kriya Tumang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali.
BACA JUGA: Wuih, Konsumsi BBM di Soloraya Naik 3,2% Saat Libur Natal
“Meregenerasi dari apa yang menjadi tujuan kita untuk menjaga keberadaan kerajinan Tumang tidak tinggal nama,” ujar dia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News