GenPI.co Jateng - Integrasi seni kriya logam Tumang ke dunia pendidikan menjadi salah satu solusi regenerasi pengrajin dalam rangka melestarikan warisan budaya.
Hal ini bisa dilakukan dengan menjadi seni kriya logam Tumang sebagai ekstrakurikuler.
Alternatif lain, materi ini bisa dimasukkan ke dalam muatan lokal bahasa Jawa.
Hal ini disampaikan salah satu peneliti dari Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti, saat audiensi dengan Bupati Boyolali, M. Said Hidayat di Boyolali, Kamis (30/12).
“Regenerasi dalam bentuk pengajaran bagian dari kurikulum resmi, dalam artian diajarkan secara terstruktur di sekolah,” kata dia, seperti dikutip Boyolali.go.id, Kamis.
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Bondan Kanumoyoso, menambahkan regenerasi ini penting untuk mengangkat kembali salah satu kearifan lokal Boyolali yang luar biasa.
Menanggapi hal itu, M. Said Hidayat, menyebutkan mendukung pelestarian seni kriya Tumang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali.
“Meregenerasi dari apa yang menjadi tujuan kita untuk menjaga keberadaan kerajinan Tumang tidak tinggal nama,” ujar dia.
Upaya pelestarian ini mengingat ada 2.000 orang di Desa Cepogo menggantungkan hidupnya dari usaha kerajinan logam.
Di desa berpenduduk 9.000 jiwa ini ada sedikitnya 50 showroom dan 178 bengkel berkapasitas menengah hingga besar.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News