GenPI.co Jateng - Hasil pengukuran dan penimbangan elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) 2021 menunjukkan angka stunting Boyolali 8,9 persen.
Jumlah ini setara dengan 4.172 anak balita yang stunting dibanding dengan jumlah total 50.403 anak balita.
Angka stunting ini menurun dibandingkan pada 2020 yakni 9,01 persen atau sekitar 5.000 anak balita.
Capaian ini mendapatkan apresiasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) lantaran Boyolali menjadi daerah dengan angka stunting terendah di Jawa Tengah (Jateng).
“Ini luar biasa. Saya berharap ini, bisa menjadi contoh secara nasional,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, seperti dikutip Antara, Rabu (29/12).
Hasto menjelaskan stunting bisa dicegah mulai dari sebelum hamil.
Hal ini penting karena stunting berdampak pada tumbuh kembang anak baik kemampuan intelektualitas maupun kualitas hidupnya.
Pencegahan ini salah satunya dengan pendampingan, konseling, dan pemeriksaan kesehatan selama tiga kepada calon pengantin.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan sejumlah cara dilakukan untuk mencegah stunting sejak dini seperti pengukuran kadar HB, lingkar lengan atas serta tinggi dan berat badan.
Melalui program ini memungkinkan menemukan sekitar 20 persen dari total 500.000 orang hamil di Jateng per tahun.
"Menurut saya sangat bagus. Kalau kami bisa deteksi sejak awal, pengendalian stunting akan cukup bagus,” ujar dia.
Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, berharap angka stunting di Boyolali akan terus menurun hingga nol kasus.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News