GenPI.co Jateng - Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten terkenal sebagai sentra produksi gerabah dengan teknik putaran miring.
Lazimnya pembuatan gerabah menggunakan teknik putaran datar atau horizontal.
Keunikan inilah yang membuat kawasan ini menjadi jujukan sejumlah peneliti dalam dan luar negeri.
Ketua Desa Wisata Gerabah Melikan, Sumilih, menceritakan teknik berasal dari kebiasaan para pengrajin yang umumnya adalah perempuan.
Saat bekerja membikin gerabah mereka mengenakan kain jarik dan kebaya.
Demi menjaga kesopanan, perempuan Jawa dilarang membuka paha saat bekerja.
“Para perempuan ini menggunakan teknik putaran miring yang mengharuskan mereka duduk miring,” kata Sumilih dikutip Klatenkab.go.id, Senin (7/2).
Secara ergonomis, teknik ini memberikan kemudahan bagi perempuan lantaran mereka tidak harus menekuk kakinya yang dibalut oleh jarik panjang.
Keunikan ini mendorong minat guru besar Fakultas Seni Kyoto Seika University, Jepang, Chitaru Kawasaki datang ke Melikan pada 1992.
Dia meneliti pembuatan gerabah teknik putaran miring karena di Melikanlah satu-satunya yang menerapkannya.
Chitaru lantas menginisiasi pendirian sekolah SMK jurusan seni kerajinan pertama di Indonesia dengan nama SMKN 1 Rota Bayat.
Awalnya, sekolah didirikan oleh kerja sama Yayasan Titian Foundation dan Qatar Foundation pda 2009.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News