GenPI.co Jateng - Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) program Palang Merah Indonesia Community Epidemic and Pandemic Preparedness (CP3) di Boyolali menjadi percontohan.
Model ini dikembangkan di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK, Nancy Dian Anggraeni, mengatakan masyarakat Indonesia masih rentan dengan masalah kesehatan.
Kerentanan ini meningkat saat menghadapi penyakit-penyakit baru yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB) maupun pandemi, misalnya Covid-19.
Menurut dia, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran penting masyarakat harus selalu meningkatkan kesiapsiagaan.
“Masyarakat juga harus cepat merespons setiap ada ancaman kesehatan yang berpotensi menjadi wabah dan kedaruratan kesehatan masyarakat,” kata Nancy, seperti dikutip Boyolali.go.id, Kamis (6/1).
Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat inilah digelar program CP3.
Program ini melatih masyarakat mencegah, mendeteksi, dan merespons setiap ancaman penyakit.
“Hal ini penting untuk mempersiapkan dan mengurangi risiko epidemi dan pandemi,” ujar dia.
Ke depan, model SBM CP3 ini akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia.
Vice Chair IFRC Indonesia, Ruth Lane, melihat keberhasilan Indonesia dalam menanggapi pandemi tidak luput dengan keterlibatan aktif masyarakat.
Maka itu, CP3 PMI berusaha melatih sukarelawan masyarakat tentang penanggulangan epidemi, seperti pemantauan, pelacakan, dan melaporkan kejadian sebuah penyakit di desa.
Sukarelawan ini juga sekaligus dilatih membangun sistem informasi yang memadai.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News