GenPI.co Jateng - Ekonom Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Anton Agus Setyawan, menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bakal memicu inflasi di Indonesia.
Tak cuma inflasi, tetapi angka kemiskinan juga diperkirakan naik.
Menurut dia, pemerintah perlu meninjau kenaikan harga bahan pokok yang sekarang ini terjadi gara-gara BBM atau bermasalah dengan rantai distribusi.
"Misal pada komoditas seperti cabai dan bawang harus dilihat dulu apakah kenaikan karena rantai distribusi," ujar Prof Anton, saat dihubungi GenPI.co, Selasa (6/9).
Prof Anton menjelaskan angka kemiskinan dan inflasi diperkirakan naik karena kenaikan harga BBM.
Maka dari itu, pemerintah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) untuk mencegah daya beli masyarakat yang turun.
"Paling tidak untuk membantu untuk masyarakat kelompok terbawah untuk daya belinya agar tidak turun atau menjaga daya beli," imbuh dia.
Di sisi lain, pihaknya menilai bantuan itu hanya keputusan politis yang dianggap tidak efektif.
"Ya saya kira ini sekadar keputusan politis supaya pemerintah kritis dianggap politik puncak memberikan kompensasi kepada masyarakat,” papar dia.
Prof Anton menggarisbawahi penyaluran BLT ini tidak efektif.
BLT dinilai hanya memberikan tambahan intensif bagi kelompok yang masuk keluarga harapan.
“Jumlahnya terbatas tidak terbanding dengan yang terkena dampak," ungkap dia.
Selain itu, Prof Anton juga menyarankan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Caranya, memberikan hibah dan fasilitas yang memadahi.
"Pendampingan pemberian hibah fasilitas UMKM terkait dengan permodalan untuk mitigasi dampak kenaikan BBM,” jelas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News