Miris! Angka Pelecehan Seksual di Solo Naik 183% Selama Pandemi, Ini Penyebabnya

25 Agustus 2022 07:00

GenPI.co Jateng - Angka pelecehan seksual di Kota Solo meningkat 183% selama pandemi covid-19.

Hal ini disampaikan Direktur Pelaksana Yayasan Yekti Angudi Piadeging Hukum Indonesia (YAPHI) Solo, Haryati Panca Putri, di rumah dinas Wali Kota Solo di Lodji Gandrung, Rabu (24/8).

Berdasarkan data UPT Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Solo (PTPAS), pada 2020 ada 6 kekerasan seksual penganiayaan dengan rincian 1 perempuan dan 5 anak.

BACA JUGA:  Mencegah Pelecehan Seksual Butuh Peran Bersama, Begini Caranya

Sedangkan pada 2021 jumlahnya naik, yakni terjadi kekerasan seksual 17 kasus. Rinciannya, 1 perempuan dan 16 anak.

"Pada 2020 total kekerasan yang terjadi di Kota Solo ada 54 kasus dengan rincian 18 menimpa perempuan dan 36 menimpa anak-anak," kata dia.

BACA JUGA:  KAI Kampanye Serentak Cegah Pelecehan Seksual di Kereta Api

Di sisi lain, pada 2020 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bentuk fisik, psikis, seksual, dan penelantaran ada 30 kasus. Rinciannya, 16 perempuan dan 14 anak.

Adapun tindak pencurian ada 3 kasus, kekerasan dalam pacaran ada 1 kasus, dan perundungan ada 10 kasus.

BACA JUGA:  Kasus Pelecehan Seksual JKT48, Manajemen The Park Mall Buka Suara

Jumlah ini meningkat pada 2021. KDRT meningkat menjadi 42 kasus dengan rincian, 23 kasus menimpa anak-anak dan 19 menimpa perempuan.

Hak asuh anak ada 4 kasus, kekerasan dalam pacaran ada 4 kasus, dan perundungan ada 4 kasus.

"Pebandingannya sangat tinggi di 2021 ada 79 kasus yang terdata dengan rincian 16 dialami perempuan dan 53 dialami anak-anak," papar dia.

Yekti menyebut tingginya kasus pelecehan dan kekerasan pada anak karena adanya perilaku baru yang ditimbulkan akibat pandemi covid-19.

Sebagai contoh, pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring membuat penggunaan gawai tidak dalam pantauan orang tua.

Selain itu, kemajuan teknologi membuat aplikasi dating bermunculan sehingga memicu kenaikan kasus pelecehan seksual.

"Masa pandemi, penggunaan gawai dalam pembelajaran di rumah sangat luar biasa karena keterbukaan informasi anak-anak biasanya meniru apa yang ada di gawai itu," ungkap dia.

Haryati menegaskan perlunya pendidikan seks untuk anak-anak.

Mereka semestinya dikenalkan sebab akibat hingga dampak buruk melakukan perilaku seks bebas.

"Pendidikan seksualitas, kesehatan reproduksi harus dibangun dengan proses pendidikan dan pengetahuan yang lebih baik dengan sekolah," tutur Haryati.

Di samping itu, banyak korban pelecehan seksual tidak mau speak up karena banyak faktor, seperti ketakutan, rasa malu, dan takut disalahkan. Haryati menjelaskan pihaknya akan melakukan pendampingan terhadap para korban.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG