Keren! Kholidin, Tukang Bubur yang Sukses Raih 3 Medali di APG

07 Agustus 2022 09:00

GenPI.co Jateng - Salah satu atlet parapanahan yang mencuri perhatian di ajang ASEAN Para Games 2022 adalah Kholidin.

Meski kekurangan fisik karena hanya memiliki 1 tangan, Kholidin sukses meraih medali emas, perak, dan perunggu.

Selain itu, Kholidin ternyata pernah berjualan bubur di depan Gedung Sarinah Jakarta sejak 1994 sebelum akhirnya menjadi atlet.

BACA JUGA:  Kisah Perjuangan Maria Goretty, dari Duka Jadi Juara di APG 2022

Atlet parapanahan ini terjun di kelas recurve di ganda putra, ganda campuran, dan individu putra di ASEAN Para Games 2022 Solo.

Di ganda putra dia meraih emas, lalu perak dari kelas ganda campuran, dan individu putra mendapatkan perunggu.

BACA JUGA:  Bangga! Dari Menggembala Kambing, Junaedi Jadi Judoka Berprestasi

“Alhamdulillah sangat senang, dan sangat bangga. Saya pribadi bisa menyumbangkan 3 medali untuk Indonesia. Bisa mengibarkan bendera Indonesia paling tinggi di samping Thailand dan Malaysia,” ujar dia, dalam siaran pers, Sabtu (6/8).

Kholidin menjadi pusat perhatian karena melepaskan busur dari mulutnya. Hal ini lantaran dia tak punya tangan kanan.

BACA JUGA:  Menpora Janjikan Bonus Atlet Peraih Medali di APG, Berapa Ya?

Dia mengakui kali pertama belajar panahan pada 2016 silam. Sebelumnya sang adik sudah lebih duluan belajar panah lalu mengajaknya.

Saat itu tangan Kholidin masih komplet, dia bahkan sempat mengikuti berbagai kejuaraan di berbagai kota.

Sayangnya, pada 2017 ada kejadian besar terjadi menimpanya. Ketika itu dia tengah naik pohon kelapa lalu jatuh dari ketinggian 9 meter.

Akibatnya, dia mengalami cedera di bagian tangan. Hal ini yang membuat tangannya harus diamputasi.

“Tiga bulan saya hanya belajar bangun, dan berjalan. Akhirnya saya mulai ambil busur dan anak panah. Namun, bingung mau nariknya pakai apa, karena tangan saya kini tinggal satu,” tutur dia.

Kholidin pun memutuskan menarik busur panah menggunakan mulut.

“Dengan sebelumnya ada tambahan senar untuk menariknya. Setelah bisa nembak dan masuk bidikan, saya senang sekali,” imbuh dia.

Cintanya dengan panahan tidak luntur, meski dia harus beradaptasi teknik memanah dengan mulut yang butuh waktu lama.

“Awalnya saya pakai gigi depan, tapi setelah itu 3 hari saya gak bisa makan. Saya pakai gigi samping, ternyata malah sampai berdarah-darah. Akhirnya saya pakai gigi geraham, dan alhamdulillah aman,” ungkap dia.

Di sisi lain, jualan buburnya di Sarinah Jakarta masih eksis hingga saat ini.

“Bubur Sarinah masih ada, tapi sekarang dijaga oleh anak saya dan adik ipar saya. Alhamdulillah-nya saya diberi kesempatan buat jualan di parkiran di Gedung Wisma Geha, di samping Sarinah,” jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG