Ini Tersangka Perusakan Tembok Bekas Keraton Kartasura, Ternyata

29 Juni 2022 06:00

GenPI.co Jateng - Sebanyak 1 orang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus perusakan tembok bekas Keraton Kartasura.

Tersangka ini adalah pemilik lahan sekaligus pelaku perusakan tembok bekas Keraton Kartasura.

Pamong Budaya Madya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Deny Wachju Hidajat mengatakan tersangka MK terbukti secara sengaja merusak tembok Keraton Kartasura untuk akses masuk kendaraan.

BACA JUGA:  Tembok Bekas Keraton Kartasura Dirusak, Kejagung Turun Tangan

Penetapan MK menjadi tersangka ini setelah dilakukan penyelidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPCB Jateng.

"Tersangka merusak tembok benteng untuk membuat akses jalan truk untuk mengangkut material," kata Deny, Selasa (28/6).

BACA JUGA:  Tembok Bekas Keraton Kartasura Dirusak, Keraton Solo Ngaku Kecewa

Tersangka MK terancam hukuman penjara paling sedikit 1 tahun dan paling lama 15 tahun.

"Hukumannya paling sedikit minimal satu tahun, maksimal 15 tahun penjara," imbuh Deny.

BACA JUGA:  Perusakan Tembok Bekas Keraton Kartasura, PPNS: Ada Unsur Pidana

Di sisi lain, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap para saksi terkait perusakan tembok bersejarah tersebut.

"Saat ini kami baru meminta keterangan saksi ahli arkeologi," ungkap dia.

Sementara itu, Tim PPNS BPCB Jateng Harun Al Rasyid mengatakan tembok bekas Keraton Kartasura yang dijebol sepanjang 7,4 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 3,5 meter.

Tembok yang dibangun sejak 1680 itu terbuat dari tatanan batu bata dengan ukuran tebal 2 cm, lebar 18,5 cm, dan panjang 3,4 cm.

Harun membeberkan jika ditemukan ada unsur pidana dalam perusakan tembok itu, maka tersangka terkena sanksi sesuai dengan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Dalam Pasal 105 Jo Pasal 166 ayat (1) setiap orang yang dengan sengaja merusak cagar budaya sebagaimana dimaksud Pasal 66 ayat (1) dipidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 15 tahun dan atau denda paling sedikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 5 miliar.

"Terkait kepemilikan kami belum mendalami ya apakah ada penyelewengan atau tidak. Kami di sini lebih mendalami terkait dengan perusakan. Tapi, nanti ketika memang ada unsur itu juga memenuhi mungkin bisa terkait pemindahan kepemilikan yang tanpa izin itu," jelas. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG