Gelombang Tinggi Bikin Ratusan Nelayan Semarang Pilih Tak Melaut

22 Juni 2022 09:00

GenPI.co Jateng - Ratusan nelayan di Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang, tak bisa melaut karena gelombang tinggi.

Selain itu, harga hasil tangkapan nelayan di Kampung Tambaklorok, Kota Semarang, terjun bebas.

Alhasil, banyak nelayan yang memilih tak melaut karena pengeluaran dan pendapatan tidak sebanding.

BACA JUGA:  Lestarikan Tradisi 4 Dekade, Nelayan Batang Bikin Lomba Dayung

"Sejak Februari sudah sepi sampai sekarang, biasanya bulan itu penghasilan tinggi," kata salah satu nelayan, Abdul Rokha, Rabu (22/6).

Menurut dia, Februari hingga Juli ini sebenarnya sedang musim rajungan di Laut Jawa.

BACA JUGA:  Tarif Baru PNBP 10 Persen Merugikan Nelayan Pati

Namun demikian, mereka memilih tidak melaut karena tidak sesuai dengan harga hasil tangkapan nelayan dan pengeluaran bahan bakar.

Tidak hanya rajungan, harga tangkapan lainnya seperti udang juga menurun.

BACA JUGA:  Cuaca Buruk dan Berbahaya, Nelayan Pekalongan Pilih Tak Melaut

Rokha menyebut harga setiap kilogram untuk udang hanya Rp 40.000, dibandingkan sebelumnya Rp 55.000/kg hingga Rp 65.000/kg.

Sedangkan harga rajungan berubah menjadi Rp 15.000 dari Rp 115.000 per kilogram.

"Tangkapannya sedikit, itupun yang beli tertentu tidak banyak," imbuh dia.

Biasanya Juni sampai Agustus menjadi momen panen keuntungan bagi nelayan setempat.

Rokha membeberkan dalam sehari dapat membawa jutaan rupiah pulang ke rumah.

"Dulu saya bisa Rp 1 juta per hari, meskipun itu kotor," tutur dia.

Sayang, sekarang ini hasil tangkapan tak sebanding dengan pengeluarannya melaut. Alhasil dia memilih melaut sekali seminggu sambil menunggu cuaca membaik.

Nelayan lain Soni, memutuskan tetap melaut, meskipun terganggu kondisi laut pasang dan gelombang tinggi.

"Kami tetap melaut, kalau tidak, tidak bisa menafkahi keluarga walaupun hasil sedikit tidak mencari hutangan buat makan," papar dia.

Soni mengakui aktivitas nelayan menjadi sangat terganggu karena kondisi laut yang tidak bagus ditambah harga bahan bakar yang tidak ramah dengan hasil tangkapannya.

Selain itu, harga hasil tangkapan nelayan juga menurun drastis.

Menurut dia, untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar maupun pertalite di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) diharuskan menunjukkan kartu nelayan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG