Begini Tradisi Unik Antar Kerabat Naik Haji, Demi Ngalap Berkah!

03 Juni 2022 18:00

GenPI.co Jateng - Kebiasaan mengantar jemaah calon haji bagi kerabat menjadi tradisi unik tersendiri, khususnya di Jawa Tengah.

Para kerabat ini rela mengantarkan saudaranya yang hendak naik haji hingga ke embarkasi sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Salah satunya seperti yang terjadi di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, yang ramai dikunjungi banyak pengantar jemaah calon haji.

BACA JUGA:  Calon Haji Dapat Biaya Hidup Segini Selama di Arab Saudi

Dari pantauan GenPI.co, kerabat calon haji banyak terlihat memadati kawasan di luar embarkasi Haji Donohudan, Jumat (3/6).

Mereka merupakan kerabat calon haji kloter 1 dan 2 dari Pati dan Jepara yang baru tiba hari ini.

BACA JUGA:  Koper Sudah Tiba, Kloter 1 Masuk Asrama Haji Donohudan Hari Ini

Konon, mengantarkan orang naik haji sudah menjadi tradisi warga di wilayah pesisir pantai utara (Pantura) Jawa itu untuk ngalap berkah.

Salah satu pengantar, Yanuar (25), mengaku mengantarkan keduanya orang tuanya bersama rombongan dari Desa Jabean Kidul, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, pada Jumat pukul 03.00 WIB dini hari.

BACA JUGA:  Usia Jemaah Calon Haji Dibatasi 65 Tahun, Ini Alasannya

Yanuar datang mengendarai mobil sendiri bersama temannya Wahid (23). Keduanya didampingi rombongan lain yang menaiki 2 isuzu Elf dan 1 kendaraan pribadi.

"Tadi berangkat jam 03.00 WIB sama rombongan, naik 2 Elf dan 2 mobil sekitar 50 orang,” kata dia, kepada media.

Menurut dia, adanya pembatasan usia maksimal 65 tahun bagi calon haji menjadi berkah tersendiri untuk kedua orang tuanya.

Akhirnya kedua orang tuanya bisa berangkat haji setelah penantian selama 11 tahun.

"Senang banget sudah ditunggu 2 tahun sempat kena prank juga, soale ibu kemarin sempat gak jadi pas berangkat. Karena ada pembatasan usia 65 tahum alhamdulillah ibu sama bapak ini berangkat,” papar Yanuar.

Dia menjelaskan bapaknya berusia 52 tahun, sementara sang ibu 59 tahun.

Yanuar dan beberapa kerabatnya terlihat menyalami ibu dan ayahnya lewat pagar pembatas asrama haji.

Dia senang akhirnya kedua orang tuanya bisa pergi ke Tanah Suci meski harus menambah biaya perjalanan haji karena pandemi Covid-19.

"Iya ada penambahan dana Rp10 juta, penambahan biaya sebelum pengumuman. Dari Rp 25 juta jadi Rp35 juta,” ungkap dia.

Selain itu, di desanya ada tradisi lek-lekan atau begadang jelang pemberangkatan haji.

Tradisi begadang ini dilakukan selama 8 hari sebelum kerabat mereka berangkat haji. 

"Tradisi lek-lekan hanya ada di desa saya, kalau yang lain gak tahu ya. Tapi, kalau tempat saya sudah dari H-8, baru pengajian,” jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG