GenPI.co Jateng - Perekonomian Jawa Tengah tumbuh 5,16% (year on year) pada triwulan 1-2022.
Angka ini lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,01% (yoy), meski melambat dibandikan dengan triwulan sebelumnya (5,42%).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, mengatakan pertumbuhan positif ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Jawa Tengah masih terus berlanjut, meski melambat.
"Berdasarkan sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor luar negeri. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi ditopang oleh industri pengolahan, pertanian, serta transportasi dan pergudangan," kata dia, Jumat (13/5).
Dari sisi pengeluaran, konsumsi RT tumbuh 4,30% (yoy). Hal ini didorong oleh persebaran Covid-19 yang terkendali, pencapaian vaksinasi dosis lengkap, dan percepatan vaksin booster.
Selain itu, kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia juga turut mendorong perbaikan konsumsi masyarakat.
Ini antara lain, relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan low cost green car (LCGC) sebesar 100%.
Begitu pula dengan kebijakan loan to value (LTV) sektor properti dan kendaraan bermotor yang akomodatif, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pembelian properti sebesar 50% hingga Juni 2022.
Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jawa Tengah berasal dari lapangan usaha industri pengolahan yang tumbuh sebesar 4,53% (yoy).
Kondisi Covid-19 yang cenderung terkendali dan dukungan kebijakan pemerintah dalam menjaga permintaan domestik turut mendorong pemulihan kinerja industri pengolahan di Jateng.
Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah dan investasi mengalami kontraksi pada triwulan laporan. Konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 1,22% (yoy).
Hal ini disebabkan oleh realisasi transfer pemerintah pusat berupa dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), dana bagi hasil (DBH) yang cenderung rendah.
Hal tersebut dipengaruhi oleh persyaratan penyaluran dana pemerintah pusat yang belum terpenuhi pada Triwulan I 2022.
Investasi terkontraksi sebesar 0,24% (yoy) karena pembebasan lahan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) seperti tol Semarang-Demak dan tol Solo-Jogja-Kulon Progo.
“Kinerja ekspor luar negeri nonmigas masih tumbuh tinggi, yaitu 28,23% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (55,43%). Perlambatan ekspor dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas dan perlambatan permintaan eksternal,” jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News