GenPI.co Jateng - Desa tanggap bencana yang dibangun harus menerapkan data sains yang dipadu dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal ini dimiliki masyarakat sejak lama mengenai daerahnya yang berada di zona rawan bencana.
“Tinggal data sains ini kita gabungkan, kolaborasi sehingga mereka bisa berjalan," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dikutip Antara, Selasa (26/4).
Ganjar berpendapat, masyarakat memiliki kemampuan membaca tanda alam melalui kearifan lokal yang dimilikinya.
Warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi misalnya memahami tanda-tanda yang akan terjadi.
Mereka pun menginformasikan tanda-tanda bahaya ini kepada warga lain juga dengan kearifan lokal misal berupa kentongan.
Pengetahuan berbasis kearifan lokal ini kemudian dipadu dengan data sains dalam pengambilan keputusan.
Apabila sudah terbangun, kapasitas respons warga diperkuat melalui latihan dan simulasi kebencanaan.
"Info BMKG menjadi penting untuk harian sebagai data sains untuk kita ambil keputusan,” ujar Ganjar.
Kesiapsiagaan bencana juga bisa dikembangkan dengan membangun desa kembar di Magelang.
Desa kembar memungkinkan proses evakuasi warga terintegrasi ke dalam masyarakat di daerah aman yang menjadi “kembarannya.”
“Mungkin tidak perlu di tempat pengungsian, mungkin mereka bisa langsung berhubungan dengan masyarakat yang menjadi mitranya, kembarannya,” kata Ganjar.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News