Duh, 4.200 Anak di Temanggung Alami Stunting

13 Desember 2021 10:00

GenPI.co Jateng - Sebanyak 4.200 anak di Kabupaten Temanggung mengalami stunting.

Jumlah kasus stunting ini bila ditelusuri sebenarnya lebih banyak. 

Namun demikian, mereka tidak terdata karena faktor usia.

BACA JUGA:  Syarat Terbaru Masuk Temanggung PPKM Level 3 Libur Nataru

Artinya, usia anak sudah lebih dari 5 tahun, tetapi kondisi tubuh masih mengalami stunting.

Masalah ini perlu ditangani lebih serius oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung.

BACA JUGA:  Temanggung Tawarkan 400 Hektare Lahan untuk Investor, Tertarik?

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) Kabupaten Temanggung, Khabib Mualim, mengatakan kasus anak stunting perlu ditangani lebih serius, karena jumlahnya masih cukup tinggi.

“Kasus stunting berdasar rapat koordinasi terakhir tercatat mencapai 4.200 anak,” kata Khabib, dikutip jatengprov.go.id, Minggu (12/12).

BACA JUGA:  96.000 Perkawinan di Temanggung Tak Tercatat Negara, Ada Apa?

Menurut dia, kasus stunting bisa lebih banyak dari angka tersebut.

Berdasarkan data evaluasi Provinsi Jawa Tengah, kasus kekerdilan di Temanggung terdapat 1 anak stunting dari 4 anak atau 23% dari populasi.

Pihaknya pun menargetkan angka kekerdilan bisa turun menjadi 14% pada 2024 mendatang. 

Caranya adalah ada pendampingan keluarga. Pemkab Temanggung menerjunkan sebanyak 1.827 orang pendamping keluarga untuk menurunkan angka stunting.

Pendamping tersebut terbagi menjadi 609 tim, masing-masing tim ada 3 orang terdiri atas tenaga kesehatan (Bidan), kader PKK, dan kader KB.

Mereka diturunkan ke 20 kecamatan. Sebelumnya, mereka telah mengikuti pelatihan pada 29 November - 2 Desember 2021.

Tugas tim pendamping keluarga adalah mencari faktor risiko pada calon pengantin, ibu hamil, ibu pascabersalin, dan pada ibu/bayi usia sampai 2 tahun.

Jika selama pendampingan mereka menemukan penyakit penyerta, maka tim akan memberikan rujukan supaya bayi yang dilahirkan tidak mengalami kekerdilan.

“Melalui pendampingan, kami mempunyai data anak berisiko mengalami kekerdilan, baik anak yang mau dilahirkan maupun yang sudah dilahirkan kemudian kami lakukan edukasi supaya tidak jadi kerdil,” jelas dia. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG