GenPI.co Jateng - Remaja yang minder apabila disebut jomblo oleh temannya biasanya tak punya cita-cita tinggi.
Sebutan jomblo ini akan membikin remaja kehilangan rasa percaya dirinya.
Sebaliknya, apabila remaja itu punya cita-cita tinggi, mereka tidak peduli dengan sebutan jomblo.
Jomblo merupakan bahasa selingkung yang artinya seseorang tidak memiliki pacar atau pasangan.
“Kalau cita-citanya tinggi, mereka tidak peduli dibilang jomblo,” kata Ketua TP PKK Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo, dikutip Antara, Rabu (20/4).
Untuk memperkuat edukasi kepada remaja, TP PKK akan menggandeng kelompok remaja.
Tak hanya itu, upaya mencegah perkawinan anak juga diperkuat dengan penguatan program Jo Kawin Bocah.
Dengan demikian, anak-anak Jawa Tengah didorong memiliki jenjang pendidikan yang tinggi serta kesempatan tubuh dan berkembang optimal.
Mereka juga terjaga kesehatan fisik dan mental serta memahami pentingnya perencanaan keluarga.
Data Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, memperlihatkan pada 2019 jumlah perkawinan anak perempuan di bawah usia 19 tahun sebesar 3.726 anak.
Kemudian, pada 2020 sedikitnya ada 11.301 anak menikah dan jumlah ini terus bertambah pada 2021 menjadi 11.686 anak.
Kondisi berbeda terjadi pada kelompok anak laki-laki di bawah usia 19 tahun yang menikah cenderung berada di bawah 2.000 kasus.
Menurut Atikoh, tingginya perkawinan usia anak didorong oleh sejumlah faktor mulai dari ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan hamil di luar nikah.
“Faktor ekonomi, di mana anak dinikahkan untuk meningkatkan perekonomian keluarga,” ujar dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News