GenPI.co Jateng - Jumlah kasus kekerasan seksual di Wonogiri meningkat selama pandemi Covid-19.
Peningkatan ini diduga terjadi akibat pelaksanaan pembelalaran daring yang membuat perilaku anak tidak terawasi.
Hal ini terungkap dalam diskusi online Ngabuburit Remaja, Cita dan Cinta, Sabtu (9/4).
Inisiator posyandu remaja Wonogiri, Retno Wahyu menjelaskan kasus pergaulan bebas di Wonogiri seperti gunung es.
"Saya butuh banyak tangan dari rekan-rekan guru dan murid,” ujar Retno.
Menurut Retno, kesibukan orang tua atau wali murid di Wonogiri membuat remaja-remaja itu tidak terawasi.
Hal ini berdampak pada terjadi sejumlah kasus kekerasan seksual hingga pernikahan dini.
"Sedikit banyak kondisi antardaerah hampir sama, kurang pendampingan dari orang tua. Kalau di kota disibukkan dengan kegiatan yang ada,” ujar dia.
Peningkatan ini dipicu oleh sejumlah penyebab yang kompleks mulai dari lingkungan keluarga hingga kurang pengendalian akses informasi.
“Apalagi masa pandemi ini mereka bisa mengakses informasi dan kurangnya kontrol,” ujar dia.
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Rafinata Fasihani menjelaskan kasus yang terjadi di Wonogiri dipicu akibat rendahnya pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini.
Yang dikhawatirkan berikutnya adalah efek jangka panjang dari kondisi yang ada yakni pola ganti-ganti pasangan pada saat dewasa.
"Karena jika sudah melakukan pada usia dini resiko gonta ganti pasangan itu besar,” ujar dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News