GenPI.co Jateng - BRI menerapkan kebijakan remunerasi yang setara tanpa memandang suku, agama, ras, da gender dalam memberikan kesejahteraan kepada BRILian atau pekerja BRI.
Hal ini menjadi kunci memenangi persaingan dalam menarik, mempertahankan, dan memotivasi pekerja terbaik di tubuh perseroan.
“Pengelolaan sistem remunerasi di BRI dilaksanakan dengan asas adil secara internal,” kata Direktur Human Capital BRI, Agus Winardono, kepada GenPI.co, Rabu (9/3).
Sebelumnya, Bank Dunia menyebut ada ketimpangan upah antara laki-laki dan perempuan di Indonesia di dunia kerja.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen pada seminar daring Women in Leadership di Jakarta, Senin (7/3).
Menurut Satu Kahkonen, laki-laki memiliki penghasilan 30 persen lebih tinggi ketimbang perempuan pada sektor formal.
Kesenjangan ini makin lebar hingga mencapai 50 persen pada sektor informal.
Menanggapi hal itu, Agus memastikan BRI sebagai BUMN mencegah model praktik pengupahan yang bias gender.
Selama ini, remunerasi diberikan dengan memperhatikan kinerja, kompetensi, dan tingkat biaya hidup di masing-masing geografis unit kerja.
“Hal tersebut dilakukan untuk memastikan sistem remunerasi yang adil, kompetitif, dan sesuai kebutuhan dan kemampuan perseroan,” sambung Agus.
Dengan demikian, pemberian remunerasi memastikan hak-hak BRILian terpenuhi.
Remunerasi yang diberikan BRI meliputi pemberian upah, penyesuaian besaran upah setiap tahun, tunjangan hari raya keagamaan, tunjangan cuti tahunan, dan tunjangan cuti besar pada periode enam tahun tahunan.
Tak hanya itu, BRI juga memberikan insentif jangka pendek khusus bagi tenaga pemasar periode triwulanan secara otomatis melalui sistem.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News