GenPI.co Jateng - Warga di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, berharap tokoh Nahdlatul Ulama (NU) terlibat untuk mendamaikan warga setempat yang berbeda pendapat soal rencana penambangan batu andesit di wilayah ini.
Rencana pembangunan Bendungan Bener yang akan menambang batu sebagai urukan di Desa Wadas membuat warga terbelah menjadi pro dan kontra.
Konflik ini berujung warga pro dan kontra tidak saling tegur sapa. Acara keagamaan, sosial, dan budaya, pun dilakukan sendiri-sendiri.
Warga Dusun Beran, Wadas, Amat Marlan, yang juga anggota Banser NU Kecamatan Bener berharap tokoh NU turun ke Desa Wadas.
"Tolong tokoh-tokoh NU datang secepat mungkin ke sini. Kami ingin kedamaian kembali di Desa Wadas. Sungguh sangat tidak nyaman hidup bertetangga tidak saling sapa selama bertahun-tahun," kata dia, Selasa (15/2).
Warga Dusun Kali Gendol, Desa Wadas, Wagimin, menambahkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Wadas rusak karena rencana penambangan batu andesit di wilayah mereka.
"Situasinya memang seperti itu, sudah sangat memprihatinkan," ungkap dia.
Kali terakhir sempat terjadi ketegangan saat Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengukur lahan warga untuk dijadikan lokasi penambangan batu andesit pada Selasa (8/2).
Perisitiwa ini berujung pada penangkapan sebanyak 67 warga setempat.
Proyek ini tak pelak membuat warga Desa Wadas terbelah dua. Satu pihak setuju penambangan batu andesit dan pihak lain menentang.
Hal senada diungkapkan warga Dusun Beran, Desa Wadas, Syawaludin.
Dia mengungkapkan pernah ada kejadian mesin sepeda motor diisi dengan garam dan pasir karena silang pendapat terkair proyek tersebut
"Perpecahan mulai berlangsung dari 2016 hingga sekarang ini, berarti sudah 5 tahun," papar dia.
Sementara itu, Koordinator Komunitas Masyarakat Terdampak Desa Wadas (Mata Desa), Emha Saiful Mujab, menambahkan sebelumnya warga Wadas ini guyub rukun.
Lelaki yang akrab disapa Gus Ipul ini membeberkan 100% warga Wadas adalah kaum nahdliyin alias warga NU.
Konflik sosial ini bahkan terjadi hingga tingkat keluarga hanya karena berbeda pandangan.
"Ada seorang ibu tidak mendatangi hajatan anaknya gara-gara beda pandangan tentang penambangan batu andesit. Benar-benar parah kerusakan sosial di Desa Wadas," jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News