Waduh! Bukannya Memperbaiki, Revitalisasi Lasem Dianggap Merusak

27 Januari 2022 11:00

GenPI.co Jateng - Revitalisasi Lasem oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) dianggap tidak sesuai dengan detail engineering design (DED).

Hal ini menuai protes dari Yayasan Lasem Heritage. 

"Selain tidak sesuai DED, pengerjaan proyek revitalisasi Kota Lasem tersebut juga tidak sesuai dasar-dasar hukum tentang cagar budaya," kata Peneliti Urban Heritage Conservation di Yayasan Lasem Heritage, Hakam Kurniawan, Kamis (27/1).

BACA JUGA:  PTM di Rembang Masih Menerapkan 50 Persen Kapasitas, Kok Bisa?

Menurut dia, penataan lingkungan melalui revitalisasi bukan hanya sekadar persoalan estetika dan beautifikasi.

Penataan Kota Pusaka Lasem dimulai sejak 2021, ditandai dengan peletakan batu pertama di kawasan Alun-alun Lasem pada September 2021.

BACA JUGA:  Gas Pol Pak! Rembang Target Vaksin Anak 6-11 Tahun Kelar Februari

Revitalisasi yang tidak sesuai DED ini dianggap merusak beberapa penggal saluran kuno di wilayah Desa Karangturi.

Padahal ini telah terdata sebagai ODCB (Obyek Diduga Cagar Budaya) Kemendikbudristek.

BACA JUGA:  Kabar Baik! Rembang Makin Terang, 1.000 Lampu PJU Siap Dipasang

Hal ini berdampak pada hilangnya atribut atau nilai penting wilayah, serta berdampak pada hilangnya memori kolektif warga.

Hakam menambahkan sejumlah masalah muncul dari proyek revitalisasi ini.

Antara lain, warga mengeluhkan tidak ada sosialisasi terkait proyek, pedestrian yang kelak tidak ada parking on street, dan tidak terdapat tempat bongkar muat barang di sepanjang jalan kolektor primer Lasem atau Jalan Jatirogo.

Selain itu, potensi pedestrian dipenuhi pedagang kaki lima, saluran air dengan uditch yang menghalangi saluran aktif dari hunian atau toko milik warga, standar pembangunan yang tidak sesuai aturan, hingga prosedur pekerjaan yang tidak sistematis.  

Hengky salah seorang anggota Paguyuban Toko Eyang Sambu yang baru dibentuk Januari 2022 menyampaikan pembangunan yang berlangsung di depan tokonya menimbulkan banyak pertanyaan.

“Kami ingin tahu seperti apa jadinya, bagaimana nanti parkirnya, gimana ini teman-teman toko lain bisa bongkar muat barang di muka toko? Belum lagi bongkar sana bongkar sini berulang kali. Selesai diuruk, bongkar lagi, uruk lagi, bongkar lagi," ujarnya.(ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG