Fenomena Pamong Praja di Purbalingga Picu Cerai, Mohon Solusinya

17 Januari 2022 18:00

GenPI.co Jateng - Banyaknya perusahaan asing di Kabupaten Purbalingga memang membuka peluang lapangan pekerjaan untuk warga lokal.

Sayangnya, pabrik ini cenderung merekrut pekerja perempuan.

Kondisi ini memicu angka perceraian di Purbalingga.

BACA JUGA:  Vaksin Anak 6-11 Tahun di Purbalingga 34,34%, Bupati Lakukan Ini

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, mengatakan fenomena ini sampai memunculkan istilah yang sangat melekat, yakni papa momong mama kerja (Pamong Praja).

“Jadi papanya momong anak, mamanya yang bekerja, ini adalah permasalahan riil yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purbalingga,” ujar dia, dikutip purbalinggakab.go.id, Senin (17/1).

BACA JUGA:  Luar Biasa! Sepekan, 39.702 Anak Purbalingga Divaksinasi

Menurut dia, fenoma Pamong Praja ini menimbulkan permasalahan di dalam keluarga.

Salah satunya adalah perceraian. Perempuan banyak yang mengajukan gugatan cerai karena merasa bisa bekerja, sementara suaminya tidak.

BACA JUGA:  Muncul 2 Pasien Positif Covid-19 di Purbalingga, Prokes Lurr!!

Para suami ini banyak yang kesulitan bekerja dan bahkan menganggur.

Keseharian mereka disibukkan dengan momong anak dan antar jemput istrinya.

Faktor tersebut dinilai mendukung tingginya angka perceraian di wilayah ini.

Di sisi lain, Bupati menilai tingginya angka perceraian bisa diatasi dengan komunikasi.

Dalam arti, komunikasi menjadi kunci hubungan dalam keluarga.

Ini artinya komunikasi baik suami ke istri, serta sebaliknya juga orang tua ke anak, atau anak ke orangtua.

Menurut dia, segala sesuatu berawal dari lingkungan terkecil yakni keluarga.

“Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil, yang memiliki peranan yang sangat besar. Pembangunan keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam pembangunan nasional,” papar dia.

Hal tersebut diungkapkan dalam Exclusive Workshop “Kunci Komunikasi Keluarga yang Efektif dengan Pendekatan Neurodominance” di ballroom Braling Grand Hotel, Minggu (16/1).

Ketua Panitia Exclusive Workshop,Anita Anindira, menjelaskan workshop ini digelar karena seringkali di dalam keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif.

“Seringkali terjadi antara anggota keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif, yakni antara kedua belah pihak mempunyai kesamaan persepsi. Ibu seringkali ngomel ke anak, tujuannya baik, namun belum tentu dapat diterima anak tentang tujuan baik dari seorang ibu. Di sinilah kita perlu belajar tentang komunikasi yang efektif,” jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG