GenPI.co Jateng - Nelayan di Cilacap panen ubur-ubur dalam beberapa hari terakhir.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan ubur-ubur biasanya muncul di perairan selatan Cilacap saat musim kemarau.
"Namun sekarang volume ubur-uburnya mulai berkurang, sejak ada hujan beberapa hari lalu," kata Indarto, Jumat (22/9).
Indarto menjelaskan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan tersebut dijual ke pengepul.
Selanjutnya ubur-ubur dikirim ke eksportir yang berada di luar wilayah Cilacap.
"Ubur-ubur itu diekspor ke sejumlah negara seperti China," imbuh dia.
Menurut dia, produksi ubur-ubur hasil tangkapan nelayan tahun 2019 mencapai 900 ton.
Akan tetapi, produksinya pada tahun 2020-2022 turun drastis karena sering terjadi hujan.
"Apalagi tahun 2022 ada fenomena La Nina, sehingga sering terjadi hujan. Padahal, ubur-ubur kalau ada hujan akan menghilang atau tidak muncul," papar dia.
Pihaknya memperkirakan produksi ubur-ubur pada tahun 2023 tidak sebanyak tahun 2019 karena sempat terjadi hujan.
Sementara itu, salah seorang nelayan asal Cilacap Darkim membeberkan ubur-ubur mulai bermunculan sejak awal September, meski sekarang sudah berkurang.
Darkim mengaku masih bisa mendapatkan 1-2 ton ubur-ubur dalam sekali melaut.
"Biasanya, saya bisa dua kali berangkat melaut dalam sehari, hanya untuk menangkap ubur-ubur," tutur dia.
Salah seorang pengepul Dirman mengaku sekarang ini hanya bisa mengumpulkan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan kisaran 20-30 ton.
"Dulu bisa mencapai 50 ton. Ubur-ubur itu saya beli dari nelayan sebesar Rp900/kg, kemudian dijual ke gudang (penampungan) dengan harga Rp1.100/kg sudah termasuk upah tenaga kerja dan transportasi," jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News