GenPI.co Jateng - Kabupaten Rembang kini nihil kasus penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) khususnya pada sapi.
Hal itu tentu menjadi kabar baik bagi pemilik atau peternak sapi.
LSD sempat membuat para peternak sapi khawatir sehingga tak mereka terpaksa menjual ternak dengan harga lebih murah.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Lulu’ Rofiana, mengatakan per 16 Mei 2023 sudah tidak ada sapi yang terjangkit penyakit LSD.
Pihaknya mencatat total kasus LSD di Rembang sebanyak 3.800 kasus.
Dari jumlah kasus itu, sebanyak 3.705 ekor sapi sembuh, sementara sapi yang mati karena LSD ada 75 ekor.
Ada pula sapi yang terpaksa dijual atau dipotong berjumlah 20 ekor.
“Hal ini kemungkinan disebabkan faktor cuaca. Ini kan sudah musim kemarau, sehingga perkembangan penyakit LSD ini juga ikut turun dan alhamdulillah tidak ada, ” ujar dia, dikutip rembangkab.go.id, Jumat (19/5).
Lulu’ menjelaskan selama merebaknya penyakit LSD, Pemkab menerjunkan 4 dokter hewan dan 40 petugas.
Mereka juga dibantu masyarakat menangani sapi yang terjangkit LSD.
"Tingkat kematian sesuai teori , tingginya ini sebenarnya di pedhet (anak sapi). Terutama hingga pedhet umur 3 bulan, karena imunnya belum terbentuk, belum bagus," papar dia.
Cara mengobatinya adalah petugas terlebih dulu melihat kondisi dari sapi yang terjangkit LSD.
Hal ini karena penyembuhan LSD ini menyesuaikan dengan gejala yang timbul pada sapi tersebut.
"Tapi biasanya yang sering adalah pemberian vitamin. Vitamin dan anti biotik itu yang biasanya diberikan oleh petugas kami,” ungkap dia.
Ciri-ciri penyakit LSD adalah muncul benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut.
Selain benjolan, sapi terkena LSD mengalami demam, kehilangan nafsu makan, dan lesu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News