GenPI.co Jateng - Geger di Keraton Solo berdampak pada aktivitas wisata dengan ditutupnya Museum Keraton sejak Sabtu (24/12) lalu.
Kepala Museum Keraton Solo, KRA Dany Nur Adiningrat, mengatakan geger di Keraton Solo menjadi salah satu alasan ditutupnya tempat wisata ini.
Menurut dia, para abdi dalem yang bertugas di museum masih trauma dengan adanya penyerangan pada Jumat (23/12) lalu.
“Makanya kami tutup Museum Keraton untuk batas waktu yang belum ditentukan. Tergantung ke depan pemerintah seperti apa,” kata dia, dikutip ayosolo.id, Selasa (27/12).
Dany mengakui penutupan Museum Keraton ini jelas berdampak pada pendapatkan Keraton Solo.
Apalagi sekarang ini musim libur akhir tahun dan libur sekolah sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Solo khususnya ke Keraton Solo.
Dany menilai dampak non-material yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan nilai material dari penutupan Museum Keraton.
“Masyarakat yang ingin melihat Museum Keraton jadi tidak bisa, pariwisata Kota Solo juga terdampak, abdi dalem kami trauma, urusan siswa-siswi, mahasiswi yang magang terganggu, saat ini 20-an yang magang, belum lagi yang melakukan penelitian, semuanya terdampak,” papar dia.
Tak cuma menutup Museum Keraton Solo, tetapi pihaknya juga menghentikan atraksi Prajurit Keraton yang biasa digelar setiap akhir pekan.
Hal ini karena salah satu abdi dalem yang terluka dalam gegeran Keraton Solo pekan lalu juga merupakan prajurit keraton yang bertugas.
“Karena ada salah satu prajurit keraton yang kena, yang patah tulang hidung itu kan salah satu abdi dalem yang ikut atraksi prajurit. Yang lain juga nggak mau melaksanakan karena tidak ada jaminan keamanan, masih trauma dengan apa yang dialami rekan merela,” tegas Dany.
Maka dari itu, dia berharap pemerintah bisa segera turun tangan menyelesaikan geger Keraton Solo ini.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News