GenPI.co Jateng - Stasiun Purwosari yang terletak di pusat Kota Solo ternyata sangat bersejarah, lho.
Stasiun ini menjadi saksi perkembangan Kota Solo awal abad ke-20.
Dikutip surakarta.go.id, Rabu (27/7), lahan Stasiun Purwosari ini dulunya milik Mangkunegaran yang dihadiahkan kepada Nederlandsch-Indische Maatschappij (NISM).
Lahan ini semula adalah tempat berlatih dan istal kuda Legiun Mangkunegaran.
Ini merupakan bentuk pengorbanan Mangkunegara IV yang merelakan lahannya untuk membangun jalan kereta api saat itu.
Mangkunegara IV melihat perlunya jalan kereta api bagi kemajuan wilayah Solo dan khususnya Praja Mangkunegaran.
Stasiun Purwosari menjadi stasiun kedua di Solo (setelah Stasiun Solo Balapan) yang dibuat oleh Nederlandsch-Indische Maatschappij (NISM) pada akhir abad ke-19.
Saat itu stasiun ini menjadi perlintasan kereta api dari Semarang-Vorstenlanden, Yogyakarta-Solo-Surabaya dan sebaliknya.
Dulunya jalur ini dimiliki oleh Staatspoorweg (SS).
Sedangkan jalur Boyolali-Solo-Wonogiri diprakarsai perusahaan swasta kereta api Solosche Tramweg Maatschappij (STM) pada awal abad ke-20.
Stasiun ini juga menjadi terminal trem dalam kota dari arah barat ke timur di Kota Solo.
Adapun konstruksi dari Stasiun Purwosari ini terbuat dari besi yang menopang atap dengan penutup seng gelombang.
Seiring perkembangan zaman, Stasiun Purwosari mengalami berbagai perbaikan.
Stasiun ini merupakan cagar budaya sehingga dalam pengelolaan dan perbaikannya tetap mempertahankan konsep yang ada sebelumnya.
Saat ini Stasiun Purwosari masih aktif dan terawat.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News