GenPI.co Jateng - Blangkon adalah salah satu bagian dari perlengkapan pakaian adat Jawa.
Biasanya blangkon menjadi ciri khas perlengkapan yang dikenakan oleh pria Jawa.
Mulanya, blangkon digunakan sebagai perlengkapan pakaian sehari-hari.
Namun, kini blangkon hanya dipakai pada acara tertentu, misalnya upacara pernikahan, dan upacara tradisional lainnya.
Dikutip surakarta.go.id, Senin (23/5), Kota Solo memiliki daerah khusus perajin blangkon, yaitu di Kampung Potrojayan, Kecamatan Serengan.
Pelopor pembuat blangkon yang terkenal di sini adalah Mbah Joyo.
Semula Mbah Joyo membuat blangkon untuk lingkungan keraton saja.
Akan tetapi, selanjutnya pada 1970, Mbah Joyo pindah ke Potrojayan dan memproduksi blangkon untuk semua kalangan masyarakat.
Kini keberadaan perajin blangkon di Kampung Potrojayan sudah dilestarikan oleh generasi ketiga, yakni Wardoyo.
Pembuatan blangkon di kampung ini, tidak mematok untuk membuat blangkon model Solo saja, melainkan juga melayani model lain.
Proses pembuatannya meliputi pemilihan bahan motif kain, pengukuran, serta model.
Bahan yang digunakan merupakan kain bermotif batik yang disebut destar.
Setiap motif yang digunakan memiliki makna yang berbeda.
Motif untuk blangkon meliputi motif gadung mlati, gringsing, gruda, kawung, limaran lunglungan, menyan kobar, modang, nyesepsari, parang klitik, parikesit, rujak senthe, saton, semen, semen romo, sekar blimbing, sidoarja, sidoluhur, sidoasih sidomukti, truntum, surya ndadari, tirto teja, wahyu tumurun, wulung, gondosuli maupun tunggul wulung.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News