GenPI.co Jateng - Masjid Darussalam di Dusun Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Sukoharjo, dipercaya menjadi saksi perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda zaman dahulu.
Sebagai bukti, ada sebuah sumur yang ditutupi oleh kaca bertuliskan Sumur Kyai Pleret di masjid ini.
Tokoh masyarakat Kedunggudel, Sehono, mengatakan Kyai Pleret itu sebenarnya nama dapur tombak.
"Nah yang melambangkan itu kekuasaan. Sumur Kyai Pleret itu istilahnya kalau Jawa nunggak semi, menirulah nama tombak itu,”kata dia, dikutip jatengprov.go.id, Minggu (17/4).
Menurut dia, sumur itu digunakan untuk menyimpan harta perang dari Pakubuwana VI (PB VI) ke Pangeran Diponegoro.
PB VI merupakan susuhunan Surakarta.
“Jadi wilayah perang Pangeran Diponegoro kan luas sekali. Itu hampir separuh Jawa lebih. Itu Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari Kasunanan Surakarta pada masa PB ke VI itu,” imbuh dia.
Masjid ini dibangun oleh ulama, yaitu Kiai Lombok. Makam sang pendiri masjid berada di belakang masjid.
Kiai Lombok merupakan santri dari Wali Songo yang berasal dari Pulau Lombok.
Masjid ini dibangun pada Ahad Pon bertepatan 20 Agustus 1837.
Konon, masjid ini pernah dihujani bom jenis kanon sebanyak 21 kanon.
Akan tetapi, tak satupun yang berhasil meledak.
“Mbah-mbahku mbiyen critane kanon kui sak jantung pisang (Nenek moyangku dulu cerita kanon itu ukurannya sama seperti jantung pisang). Itu kalau 21 kali enggak ada yang meletus, itu kebeneran atau kebeneran itu,” jelas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News