GenPI.co Jateng - Keberadaan Pasar Triwindu tak lepas dari Pura Mangkunegaran. Hal ini karena pasar tersebut dibangun pada masa pemerintahan Mangkunegara VII.
Dikutip puromangkunegaran.com, Rabu (9/3), pasar ini dibangun pada 1939 sebagai hadiah ulang tahun dari Gusti Noeroel Kamaril kepada sang ayah, Mangkunegara VII.
Ini juga bertepatan dengan tiga windu (24 tahun) kenaikan takhta yang bernama asli Raden Mas Soerjosoeparto.
Dinamakan Triwindu karena berasal dari dua gabungan kata, yakni tri dan windu. Tri dalam bahasa Jawa berarti 3 dan windu berarti 8 tahun.
Artinya, 24 tahun yang dimaksudkan Mangkunegara VII bertakhta (1916-1944).
Pada peringatan tiga windu kenaikan takhta Mangkunegara VII, Pura Mangkunegaran menggelar pasar malam di Pasar Triwindu yang bertujuan memberikan hiburan kepada rakyat.
Pada mulanya, Pasar Triwindu hanya terdiri dari deretan meja yang berjajar untuk menjajakan jajanan pasar (kuliner), kain, majalah, atau pun koran.
Seiring perkembangan zaman, pedagang mulai mendirikan kios-kios kecil pada 1960-an.
Selain itu, tak cuma jajanan pasar, tetapi tempat ini juga sebagai pusat transaksi barang-barang kuno atau antik.
Akhirnya pada 1960-an Pasar Triwindu berubah menjadi pasar barang-barang antik.
Selanjutnya, pada 2008 Pasar Triwindu direvitalisasi dan dibuatkan bangunan baru dengan arsitektur budaya Jawa yang kental.
Pasar ini dibuat 2 lantai dan dilengkapi dengan halaman yang luas untuk parkir.
Sejak saat itu, Pasar Triwindu menjadi pusat barang antik di Kota Solo.
Pengunjung bisa menemukan berbagai benda antik di pasar ini.
Mulai dari alat rumah tangga, mata uang, alat musik, elektronik, hingga lampu antik.
Pasar ini ramai dikunjungi oleh para kolektor barang antik dari berbagai daerah.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News