BI Solo Ajak Media ke Museum Bank Indonesia! Ini Sejarah Koleksi dan Harga Tiketnya

31 Juli 2023 21:00

GenPI.co Jateng - Puluhan wartawan ekonomi dan bisnis asal Solo berkesempatan mengunjungi Museum Bank Indonesia di Jakarta dalam agenda Capacity Building Media yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo pada Kamis (27/7).

Museum Bank Indonesia ini menempati gedung BI Kota yang sebelumnya digunakan De Javasche Bank, gedung yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, di kompleks Kota Tua Jakarta.

Tour guide Museum Bank Indonesia, Noven, mengatakan dengan adanya museum ini Bank Indonesia (BI) bermaksud menyajikan pengetahuan terkait peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa.

BACA JUGA:  6 UMKM Asal Solo Pamer Produk di KKI 2023 di Jakarta, Apa Saja?

Ini termasuk memaparkan latar belakang kebijakan Bank Indonesia yang diambil dari waktu ke waktu.

“Museum Bank Indonesia adalah tempat mengumpulkan, menyimpan, dan merawat benda numismatik ataupun dokumen bersejarah BI,” kata dia, kepada wartawan.

BACA JUGA:  Uang Tabungan Rusak Dimakan Rayap Lalu Ngadu ke BI Solo, Samin: Sedikit Kecewa

Menurut dia, beragam bentuk benda numismatik ataupun dokumen yang bernilai sejarah dalam perjalanan bank sentral Indonesia dikelola dan disajikan secara lengkap dan runtut.

Dengan demikian, apa yang disajikan di museum ini mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.  

BACA JUGA:  BI Solo Buka Layanan Uang Baru Lebaran di 154 Titik, Ini Lokasinya

Museum Bank Indonesia terdiri dari 2 lantai dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

Sejumlah fasilitas ini seperti ruang auditorium, ruang serbaguna, tata pamer temporer, masjid, dan area parkir yang luas.

Adapun tiket masuk ke Museum Bank Indonesia ini hanya Rp 5.000 untuk pengunjung umum.

Sedangkan bagi pelajar dan mahasiswa yang dapat menunjukkan kartu tanda pelajar atau kartu tanda mahasiswa, maka tidak akan dikenakan biaya masuk alias gratis.

Museum Bank Indonesia memiliki berbagai koleksi mata uang, mulai dari zaman kerajaan Hindu-Buddha, masa kolonial, awal Kemerdekaan RI, hingga uang yang masih berlaku hingga saat ini.

Sebelum masa kerajaan Hindu-Buddha, perdagangan di Nusantara telah menuntut penggunaan alat pembayaran yang bisa diterima secara umum sebagai pengganti sistem barter.

Sedangkan kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha di Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit pada masa itu telah mempunyai mata uang sendiri.

Sayangnya, uang peninggalan di masa Kerajaan Sriwijaya belum ditemukan. Sedangkan Kerajaan Majapahit meninggalkan uang Gobog yang terbuat dari tembaga, diperkirakan beredar pada abad ke-14 sampai ke-16.

Sebagai informasi, pada awal kemerdekaan Indonesia kondisi moneter negara ini sangatlah buruk.

Saat itu ada sekitar 4 miliar rupiah Jepang yang beredar denga 1,6 miliar beredar di Pulau Jawa.

Nahas, ketika itu Pemerintah Indonesia tak dapat segera mencetak mata uang sendiri karena keterbatasan dana dan tenaga ahli.

Selanjutnya pada tahun 1953 untuk pertama kalinya uang kertas Bank Indonesia dengan tanda tahun 1952 beredar di Indonesia.

Uang ini disiapkan bersamaan dengan penyusunan undang-undang bank sentral dan dicetak di percetakan Thomas De La Rue & Co, Inggris, serta percetakan Johan Enschede en Zonen, Imp., Belanda.

“Museum BI memiliki beberapa program, mulai dari jelajah museum, seminar, pameran, hingga kegiatan interaktif dan Museum BI Goes to School,” jelas Noven.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG