GenPI.co Jateng - Salah stasiun yang bersejarah di Kota Solo adalah Stasiun Solo Kota. Stasiun ini dibangun perusahaan kereta api swasta di zaman Pemerintah Hindia Belanda.
Belanda membangun jalur kereta api ini untuk mengangkut berbagai hasil bumi hingga masuk ke pedalaman dan perkebunan.
Dikutip surakarta.go.id, Kamis (25/5), Stasiun Solo Kota yang berada di Jalan Sungai Sambas dan berdekatan dengan Pasar Sangkrah Solo.
Meskipun terlihat kecil, namun stasiun yang didirikan tahun 1922 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) ini terawat.
Bangunan dengan arsitektur khas klasik ini memiliki teras masuk dengan gerbang tembok yang sangat tebal.
Stasiun ini memang jalur yang cukup sepi, karena hanya melayani Railbus Batara Kresna relasi Purwosari-Wonogiri PP.
Dulunya kereta yang menuju ke Wonogiri dan Boyolali, baik angkutan penumpang maupun barang diberangkatkan dari Stasiun Solo Kota di Sangkrah.
Sebelum dikelola perusahaan NISM dengan kereta uap, dulu ada sebuah perusahaan Solosche Tramweg Maatschappij (STM) yang sudah memanfaatkan jalur kereta di Stasiun Solo Kota sebagai jalur untuk trem kuda.
Seiring perkembangan zaman, Belanda menggantikannya dengan kereta uap.
Stasiun Solo Kota termasuk yang paling akhir dibangun bila dibandingkan dengan Stasiun Jebres, Stasiun Balapan, dan Stasiun Purwosari.
Ventilasi bulat yang ada di bagian depan Stasiun Solo Kota, membuat bangunan ini sangat unik.
Bentuk asli Stasiun Solo Kota ini terus dipertahankan dan menjadi Bangunan Cagar Budaya untuk dilindungi dan dilestarikan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News