Intensitas Hujan Tinggi, Produksi Penggilingan Beras di Klaten Turun

GenPI.co Jateng - Tingkat produksi penggilingan padi di Klaten menurun akibat intensitas hujan yang tinggi.

Selain akibat hujan, penurunan volume penggilingan karena saat ini belum memasuki musim panen raya.

"Karena cuaca tidak menentu, kadang panas dan kadang hujan, berakibat tanaman kurang sehat, biji kurang maksimal pengisiannya," kata pemilik UD Raja Tani Hafid Rohmat Mustofa, Minggu (8/1).

BACA JUGA:  Begini Wajah Baru Bukit Sidoguro Klaten, Bisa Buat Liburan Akhir Tahun

Hafid menjelaskan terjadi penurunan jumlah susut dari gabah basah ke beras.

Jika biasanya jumlah susut di kisaran 50-60%, untuk saat ini hanya di kisaran 40-50%.

BACA JUGA:  Dirut Jadi CEO Terpopuler di Medsos, BRI Panen Penghargaan

"Kalau yang gapuk kan hanya jadi sekam," papar dia.

Di sisi lain, kondisi ini berdampak pada kenaikan harga beras di tingkat penggilingan.

BACA JUGA:  Intensitas Hujan Tinggi, 298 Hektare Tanaman Padi di Kudus Tergenang Banjir

Beras jenis C4 mengalami kenaikan harga dari Rp9.000-10.000/kg menjadi Rp11.000/kg, beras Rojo Lele naik dari Rp11.500/kg menjadi Rp13.000/kg, dan Mentik Wangi dari Rp11.000/kg menjadi Rp13.000/kg.

"Barangnya kosong semua, kecuali C4, di penggilingan tinggal C4. Sekarang volume penggilingan per hari juga hanya 1-2 ton, kalau biasanya bisa sampai 4 ton," ungkap dia.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Tani Makmur, Desa Kepanjen, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Harjono, menjelaskan saat ini proses pengeringan padi secara manual menjadi lebih lama.

Hal ini sebagai akibat tingginya intensitas hujan,

"Sekarang proses pengeringan 4 hari, biasanya 1-2 hari," tutur dia.

Di samping itu, kualitas beras juga turun. Biasanya, setelah proses pengeringan padi warna beras putih bersih, tapi saat ini banyak yang kusam.

Meskipun begitu, harga gabah di tingkat petani masih sama, yakni di kisaran Rp5.300/kg untuk gabah kering.(ant)