GenPI.co Jateng - Antisipasi banjir bisa dilakukan dengan membangun rumah tahan banjir dalam rangka pengurangan risiko bencana.
Rumah tahan banjir dibangun dengan memodifikasi sejumlah material dan sistem drainase air hujan.
Bentuk modifikasi ini misalnya mengganti material tanah urug yang dipadatkan menjadi kerikil sebagai bahan dasar lantai bangunan.
Sebab, kerikil mampu meresap air dengan debit yang besar sekaligus memiliki kekuatan struktur yang kuat.
"Salah satu bukti pemanfaatan kerikil untuk mendukung struktur bangunan adalah pada balas jalan rel,” ujar pakar hidrologi dan sumber daya air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Yanto, dikutip Antara, Minggu (16/1).
Selain modifikasi struktur bagian bawah bangunan, mengatur drainase air hujan juga penting.
Air hujan dianjurkan mengalir dari rumah langsung ke lahan dan sistem drainase utama lingkungan.
Semua upaya ini, lanjut Yanto, butuh perencanaan yang matang untuk menyelesaikan masalah banjir.
"Pengendalian banjir juga tidak bisa dibebankan semata-mata kepada pemerintah. Semua warga negara berkewajiban untuk melakukannya,” ujar dia.
Selain mitigasi dari struktur bangunan, penguatan kapasitas masyarakat guna mengurangi risiko bencana banjir juga tak boleh diabaikan.
Hal ini harus menjadi perhatian semua pemerintah daerah agar mitigasi bencana berbasis masyarakat diperkuat pada 2022.
Upaya ini misalnya dengan menggelar pelatihan kebencanaan mulai dari manajemen kebencanaan, pencegahan, tanggap darurat, hingga penanggulangan bencana.
Masyarakat juga perlu dibekali dengan simulasi bencana, pemahaman jalur evakuasi apabila terjadi bencana, dan lainnya.
“Mitigasi dan penanganan bencana banjir membutuhkan peran aktif dari seluruh masyarakat agar berjalan dengan makin optimal,” pesan Yanto.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News