Tragedi di Kanjuruhan Telan Ratusan Korban, Begini Harapan Suporter Persis Solo

05 Oktober 2022 00:00

GenPI.co Jateng - Elemen suporter Persis Solo ikut buka suara terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan seratusan orang pada Sabtu (1/10).

Mereka menyoroti keamanan dan akses keluar masuk saat berada di stadion.

Wakil Presiden Pasoepati Agus Ismiyadi mengatakan yang menjadi poin penting dalam kejadian ini selain unsur kelalaian adalah akses pintu keluar yang harus lebih luas di Stadion Kanjuruhan.

BACA JUGA:  Persis Solo Tak Bisa Pakai Stadion Manahan, Pasoepati Curhat Ini

Hal ini lantaran korban jiwa terbanyak terjadi pada penumpukan massa di pintu keluar saat mereka menghindari gas air mata.

"Kami berduka cita atas kejadian yang terjadi di Malang. Sebenarnya bukan hanya di sana, tapi di semua stadion termasuk Stadion Manahan. Pintu keluar stadion itu sangat sempit untuk keluar masuk," kata Agus, Senin (3/1).

BACA JUGA:  Dukung Persis Solo, Pasoepati Ngeluruk ke Stadion Moch Soebroto

Agus menilai pengetatan akses suporter ke stadion sebaiknya dilakukan pada saat masuk saja.

Namun demikian, ketika keluar dia meminta panitia penyelenggara menambah membuka beberapa pintu lagi agar tidak terjadi penumpukan orang.

BACA JUGA:  PSS Sleman Vs Persis Solo, Pasoepati dan Surakartans Dilarang Hadir di Stadion Maguwoharjo

"Pintu itu harus dibuka tutup kalau masuk terlalu ketat tidak apa-apa. Akan tetapi, kalau keluar harusnya dibuka saja kan tinggal keluar jangan sampai keluar dipersulit seperti itu," papar dia.

Di sisi lain, pembubaran suporter di dalam stadion menggunakan gas air mata juga tidak sesuai dengan regulasi FIFA.

“Kalau ditembak gas dalam stadion udaranya kan terbatas menimbulkan sesak nafas. Pihak keamanan juga harus tahu standar operasional prosedur (SOP),” ungkap dia.

Selain itu, Agus menegaskan baik suporter, panitia pelaksana, dan keamanan menurutnya harus mawas diri untuk melakukan evaluasi besar-besaran setelah tragedi ini,

"Pesan saya sebagai suporter harus semakin dewasa. Maksudnya harus berlaku bijak dalam semua tindakan. Ya kecewa boleh-boleh saja, tapi dalam batas sewajarnya. Rukun dengan suporter lawan. Rivalitas itu hanya di 90 menit pertandingan setelah itu kita semua saudara," imbuh dia.

Ketua harian Garis Keras, Didik Purnomo, menambahkan ribuan elemen suporter Persis Solo menggelar aksi solidaritas di depan Stadion Manahan Solo pada Minggu (2/10) lalu.

"Ada 1.000-an elemen suporter yang melakukan aksi solidaritas. Kegiatannya doa bersama, mengheningkan cipta, menyalakan lilin perwakilan dari elemen suporter di Solo. Adapun audiensi menyampaikan apa yang dirasakan teman-teman yang ada di Malang," ungkap dia.

Didik berharap kejadian nahas itu menjadi yang terakhir kalinya di dunia sepak bola Indonesia.

"Cukup ini yang terakhir. Ada kesepakatan dari kami sendiri untuk berusaha menjalin komunikasi dengan teman-teman Jogja (suporter PSIM Yogyakarta) biar tidak ada kejadian seperti ini di kemudian hari," jelas dia.

Seperti diketahui, kali terakhir suporter Garis Keras sempat bergesekan dengan suporter PSIM Yogyakarta terkenal ketika Persis Solo melawan Dewa United di Stadion Moch Soebroto Magelang pada Senin (25/7).

Kericuhan tersebut lantaran banyak suporter Persis Solo menuju Magelang melewati Yogyakarta dan bersinggungan langsung dengan suporter PSIM Yogyakarta.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATENG